nalarpagi, 1
yang
ada padamu hanya nama, nal
meski
nama ialah yang dikenal:
berkali
manusia membuat nama
tapi
jauh berkali pula nama yang menyerahkan
diri
pada manusia
adakah
itu, nal?
adakah
nama yang tersemat punya pilihan
untuk
menolak ketika manusia meletakkannya?
adakah
manusia yang dinamai punya pilihan
untuk
menolak ketika manusia lain meletakkan nama?
adakah
kamu, nal, dan nal yang lain,
memiliki
pilihan lain selain “nal” itu?
adakah
itu?
ada.
nalarpagi, 2
nanti
ketika kamu besar, nal:
ketika
tangis dan tawa menempel di suaramu
ketika
bebunyian menempel pada pendengaranmu dan
ketika
semesta raya menghampar pada pandanganmu
jadilah
manusia merdeka
yang
memiliki diri dengan seutuhnya
karena
itulah yang sepenuhnya kamu butuhkan:
namamu
tak lain cumalah harapan kami
yang
dengan terpaksa mesti kamu emban
sampai
kamu temui namamu
nalarpagi, 3
sejak
kapan kata punya makna, nal?
atau
sejak kapan makna mesti ditampung kata?
yang
menyebabkan namamu selalu ditanyakan maknanya
yang
padahal seluas semesta pun
tak
kan cukup buat mendedahkan
makna
itu
yang
jadi harapan kami padamu.
nalarpagi, 4
adakah
namamu bisa kami susun bukan dengan kata?
dengan
sebentuk cinta dan harap
yang
ditaburi kasih sayang?
nama
macam apakah itu, nal?
sudikah
kamu mengembannya?
nalarpagi, 5
dari
langit ada yang mendadak turun
barangkali
itu namamu, nal.
nalarpagi, 6
karena
sedari kapan kami merangkum semesta makna
memeras
semua keinginan dan harap
agar
kami jumpai sarinya
yang
kelak kan kamu reguk seterusnya
dan
kami pun membuat skala turunan
tentang
mana yang baik kamu miliki lebih banyak
yang
kan merasukimu dan menjadi pijakanmu
maka,
nal
adakah
padamu kami telah melakukan kesalahan?
nalarpagi,
7
kemarin
teramat besar cinta kami padamu, nal
kini pun demikian dan
esok pun tetap demikian
nal: harapan kami.
*sumber gambar: unsplash.com